2 Faktor yang Menyebabkan Cuaca pada Siang Hari Akhir-akhir Ini Begitu Panas

Banyak masyarakat merasakan suhu udara akhir akhir ini sangat panas. Hampir setiap tahun, ketika memasuki bulan Oktober banyak masyarakat yang mengeluhkan cuaca atau suhu udara yang sangat panas. Suhu udara yang tinggi ini dicatatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terjadi di sejumlah tempat di Indonesia.

Mencatat, suhu tinggi lebih dari 36 °C terjadi di Medan, Deli Serdang, Jatiwangi dan Semarang pada 14 Oktober yang lalu. Suhu tertinggi pada hari itu tercatat di Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I, Medan yaitu 37,0 °C. Lantas apa yang membuat cuaca akhir akhir ini sangat panas dan suhu udara lebih tinggi dari biasanya?

Menurut BMKG, setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan cuaca akhir akhir ini lebih panas dari biasanya. Pertama yakni karena faktor kedudukan semu gerak matahari yang berada tepat di atas Indonesia, tepatnya Pulau Jawa. Pada bulan Oktober ini, posisi matahari berada di atas Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dalam perjalannya menuju posisi 23 lintang selatan setelah meninggalkan ekuator

Posisi semu Matahari di atas Pulau Jawa akan terjadi 2 kali yaitu di bulan September/Oktober dan Februari/Maret, sehingga puncak suhu maksimum terasa di wilayah Jawa hingga NTT terjadi di seputar bulan bulan tersebut. Beberapa kota di wilayah tersebut juga akan mengalami fenomena hari tanpa bayangan. Posisi matahari berada pada 90 derajat tetika terjadi hari tanpa bayangan.

Hal itu menyebabkan tidak ada bayangan yang terbentuk dari benda tegak tak berongga saat tengah hari. Faktor yang kedua, yakni cuaca cerah dan minimnya awan awan hujan yang dapat menghalangi sinar matahari ke permukaan bumi. Cuaca cerah menyebabkan penyinaran langsung sinar matahari ke permukaan lebih optimal sehingga terjadi pemanasan suhu permukaan.

Kondisi tersebut berkaitan dengan adanya Siklon Tropis KOMPASU di Laut Cina Selatan bagian Utara yang menarik masa udara dan pertumbuhan awan awan hujan serta menjauhi wilayah Indonesia. Sehingga cuaca di wilayah Jawa cenderung menjadi lebih cerah berawan dalam beberapa hari terakhir. BMKG menyatakan, kondisi suhu panas dan terik saat ini tidak bisa dikatakan sebagai gelombang panas.

Menurut BMKG, gelombang panas terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menengah dan tinggi. Sedangkan wilayah Indonesia terletak di wilayah ekuator (khatulistiwa) yang secara sistem dinamika cuaca tidak memungkinkan terjadinya gelombang panas. "Gelombang panas dalam ilmu cuaca dan iklim didefinisikan sebagai periode cuaca (suhu) panas yang tidak biasa yang biasanya berlangsung setidaknya lima hari berturut turut atau lebih (sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia atau WMO) disertai oleh kelembapan udara yang tinggi," terang BMKG melalui

Lebih lanjut, untuk dianggap sebagai gelombang panas, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik. Misalnya 5 derajat celcius lebih panas, dari rata rata klimatologis suhu maksimum, dan setidaknya telah berlangsung dalam lima hari berturut turut. Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata ratanya dan tidak berlangsung lama maka tidak dikatakan sebagai gelombang panas.

Gelombang panas umumnya terjadi berkaitan dengan berkembanganya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area secara persisten dalam beberapa hari. Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, terjadi pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menuju permukaan (subsidensi) sehingga termampatkan dan suhunya meningkat. "Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain masuk ke area tersebut. Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area, semakin meningkat panas di area tersebut, dan semakin sulit awan tumbuh di wilayah tersebut," jelas BMKG.

Menurut catatan BMKG, suhu tinggi ini bukan merupakan penyimpangan besar dari rata rata iklim suhu maksimum dan masih berada dalam rentang variabilitasnya di Bulan Oktober.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *